Jumat, 28 Mei 2010

Waspadai ADHD pada Orang Dewasa

GANGGUAN pemusatan perhatian atau ADHD, bukan hanya dapat dialami oleh anak Anda. Siapa tahu Anda pun memiliki gangguan yang sama namun belum terdeteksi.

Anak Anda didiagnosa mengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Anda pun tampak seakan menyimak penjelas dokter tentang gejala ADHD, masalah gangguan perhatian, dan kegelisahan yang melanda anak. Mendadak Anda bertanya pada diri sendiri, mungkinkah saya juga bisa mengidap ADHD? Jawabannya mungkin saja.

Seperti dikutip dari webmd.com, ADHD bisa saja menghinggapi satu keluarga, bahkan para ahli berpendapat, setiap anak yang mengidap ADHD, memiliki 30–40 persen peluang salah satu dari orangtuanya juga turut mengidap penyakit ini. Namun lazimnya, orangtua tidak pernah menyadari hal ini sampai anak mereka divonis menderita masalah tersebut.

Asisten Psikiatri Profesor dari John Hopkins University School of Medicine David W Goodman menyatakan, hal tersebut adalah sebuah pola yang umum. ”Saya bisa saja merawat pasien umur 16 tahun dengan ADHD, berikutnya giliran bapaknya yang berumur 40 tahun didiagnosa juga mengalami penyakit yang sama. Pun demikian dengan paman anak tersebut. ADHD menjadi semacam pohon keluarga,” ungkapnya.

ADHD dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sederhananya dijelaskan bahwa ADHD adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki masalah perhatian dan pemusatan terhadap kegiatan. Berawal dari masa kanak-kanak dan dapat berlanjut ke masa dewasa.

Dikarenakan ADHD yang menghinggapi orang dewasa mempunyai dampak negatif pada kehidupan yang bersangkutan, sangatlah penting untuk segera mendapatkan pertolongan. Apalagi bila bukan Anda satu-satunya anggota keluarga dengan penyakit ini.

Pada prinsipnya, gejala ADHD biasa muncul sebelum anak menginjak usia 7 tahun. Dan menurut Lenard Adler MD selaku profesor psikiatri, penyakit ini tidak lantas berhenti di usia tersebut. ”Dua dari tiga anak dengan ADHD, akan berlanjut memiliki penyakit ini hingga mencapai usia dewasa,” papar pria yang juga menjabat sebagai Direktur Program ADHD Dewasa di Sekolah Kedokteran New York University ini.

Orang dewasa yang menderita gangguan penyakit ini, kebanyakan tidak pernah didiagnosa menderita gangguan tersebut semasa kecilnya. Gejala yang dialami, agaknya tidak mendapatkan perhatian. Kasus ini banyak terjadi utamanya pada wanita. Umumnya guru dan orangtua, lebih banyak memfokuskan diri kepada anak-anak lelaki yang suka membuat keributan dan kenakalan, dibanding anak perempuan yang selalu gagal memusatkan perhatian.

Ada pula orang dewasa lainnya yang tidak didiagnosa menderita penyakit ini, namun sebenarnya mereka mengidap ADHD sewaktu masih kecil. Dokter anak kala itu yang merawat anak tersebut, bisa saja menyatakan, gangguan psikiatrik itu akan hilang seiring dengan bertambahnya usia sang anak. ”Mungkin saja demikian, anak ADHD yang terlibat masalah misalnya sering membuat keributan di kelas, bisa saja menjadi lebih kalem ketika sudah duduk di bangku kuliah.Tetapi gejalanya yang justru berubah,” kata David yang juga menjabat sebagai Direktur Pusat ADHD Dewasa di Maryland, Baltimore.

Hal ini, lanjut David, adalah salah satu alasan mengapa gejala ADHD pada orang dewasa sering tidak terdeteksi. Pada orang dewasa, gangguan hiperaktif tidak lagi dialaminya, atau menjadi berkurang. ”Anda tidak akan melihat pengidap ADHD dewasa, berdiri di atas kursinya, sebab kegiatan hiperaktif tersebut sudah hilang ketika usia dewasa,” terang Asisten Psikiatri Profesor di Universitas Pennsylvania J Russell Ramsay.

Konsekuensi dari gangguan penurunan perhatian pada orang dewasa ini, sangatlah banyak. ”ADHD dapat memengaruhi segala aspek kehidupan Anda, mulai dari hubungan dengan pasangan, hingga peran Anda sebagai orangtua, dan masalah pekerjaan, dampaknya akan amat serius,” ujar Russel.

Russel pun mengingatkan bahwasanya ADHD bukanlah sebuah gangguan yang ramah bagi penderitanya. Dia menunjukkan banyak kasus sebagai dampak dari penyakit tersebut. Misalnya saja, perceraian, pengangguran, masalah kekerasan, serta kecelakaan berkendara.

”Ini juga bisa menyangkut pada masalah keuangan,” kata James McCraken MD. Ditambahkannya, bila dibandingkan dengan orang yang memiliki pekerjaan sama, orang ADHD memiliki keuangan yang lebih sedikit. James menyangka, banyak di antara orang ADHD dewasa yang tidak pernah mendapat diagnosa. Mereka bahkan tidak pernah menyadari kemungkinan penyakit tersebut dideritanya, jadi mereka pun tidak banyak bertanya. Di sisi lain, dokter juga tidak banyak memberi bantuan.

”Banyak di antara ahli kedokteran dan kalangan profesional, termasuk internis, psikiater, dan psikolog, yang hampir tidak mempunyai pengalaman dalam merawat orang ADHD dewasa,” kata James lagi. Sehingga hasil mayoritas, hanya tiga hingga empat orang ADHD dewasa yang mendapat perawatan tepat.
Sumber : http://lifestyle.okezone.com/read/2010/04/29/196/327541/196/waspadai-adhd-pada-orang-dewasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar