Selasa, 08 Maret 2011

Pendekatan teori psikologi lingkungan

Seperti yang telah dijelaskan pada postingan sebelumnya, bahwa pendekatan teori Psikologi Lingkungan sangatlah luas. Psikologi Lingkungan dapat dikaji dengan teori baik dalam teori psikologi sendiri maupun cabang ilmu diluar psikologi. Contohnya saja seperti Contoh yang ada pada postingan sebelumnya tentang masyarakat nomaden dan masyarakat menetap. Hal tersebut melihat bahwa psikologi lingkungan juga memakai dasar teori dari ilmu Geografi. Adapun cabang ilmu psikologi itu sendiri, seperti teori Gestalt. Sekilas tentang Psikologi Gestalt, bahwa teori ini melihat objek-objek, manusia, dan seting-seting dipersepsi secara keseluruhan. Sedangkan sumbangannya terhadap Psikologi Lingkungan dapat dilihat antara lain pada kognisi lingkungan,misal untuk menjelaskan persepsi, berpikir, dan pemrosesan informasi lingkungan.

1. TEORI PSIKOLOGI LINGKUNGAN

a. Arousal Theory (Teori Arousal)

Arousal memiliki arti harfiah yang berarti pembangkit. Pembangkit disini maknanya adalah gairah atau emosi individu untuk mengerjakan sesuatu. Misalnya saja saat kita kuliah pada mata pelajaran yang tidak menyenangkan, atau materi yang tidak kita suka. Maka secara otomatis kita akan mengantuk atau merasa lelah lebih cepat. Hal itu dapat diartikan bahwa kita tidak memiliki arousal untuk mata kuliah tersebut. Sedangkan kaitannya dengan Psikologi Lingkungan adalah, saat arousal seseorang itu rendah maka kinerja dari orang tersebut menurun, dan sebaliknya saat makin tinggi tingkat arousal seseorang maka semakin tinggi pula konerja nya.

b. Teori Beban Lingkungan

Asumsi dari teori ini adalah, bahwa manusia memiliki pemrosesan informasi yang terbatas. Menurut Cohen (Fisher, 1985; dalam Veitch & Arkkelin, 1995), asumsi tersebut adlaah: 1. Bahwa manusia memiliki kapasitas pemrosesan informasi yang terbatas. 2. Jumlah Atensi yang diberikan orang tidak konstan, namun lebih kepada kesesuaian dengan kebutuhan. 3. Ketika informasi yang masuk berlebih, maka perhatian tidak akan bekerja secara maksimal. 4. Stimulus yang masuk akan dipantau, jika stimulus tersebut memiliki makna dan diperhatikan maka aka nada pemrosesan lebih jauh, namun jika tidak akan langsung dibuang atau tidak ada pemrosesan lebih lanjut.

Lalu jika informasi yang masuk lebih besar dari kapasitas maka akan terjadi yang dinamakan dengan pemusatan perhatian, contohnya saja saat kita sedang menjalani ujian tengah semester, kita akan lebih focus mengerjakan soal ujian dan lebih cenderung mengabaikan keadaan sekitar sampai soal yang kita kerjakan selesai.

Namun jika sebaliknya, saat stimulus yang datang lebih kecil dari kapasitas dapat terjadi kebosanan pada diri individu. Karena kurangnya stimulus dalam lingkungan juga dapat dikaitkan dengan kemonoton-an informasi yang dating ke diri individu.

c. Teori Hambatan Perilaku

Asumsi dari teori ini adalah stimulasi yang berlebihan menyebabkan terjadinya penghambatan dalam memproses informasi. Sehingga berakibat hilangnya control dari individu terhadap situasi.

Menurut Brehm dan Brehm (dalam Veitch & Arkkelin, 1995), awal saat kita merasakan hilang kendali atau control terhadap lingkungan, maka mula-mula kita akan merasa tak nyaman dan berusaha untuk menekankan kembali fungsi kendali kita. Hal ini disebut dengan fenomena psychological reactance.

d. Teori Tingkat Adaptasi

Teori ini memiliki kemiripan dengan teori beban lingkungan, yang dimana stimulus yang tinggi maupun rendah memiliki dampak negative bagi perilaku individu. Namun nilai lain dari teori ini adalah pengenalan tingkat adaptasi pada individu, misalnya tingkat arousal atau adaptasi individu terbiasa dengan keadaan lingkungan atau tingkat pengharapan suatu lingkungan tertentu.

Menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984) membagi 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan: 1. Intensitas, yang berhubungan dengan kesesakan atau justru kelenggangan yang dapat mempengaruhi psikologis individu. 2. Keanekaragaman, berkaitan dengan banyaknya informasi yang masuk atau justru sedkitnya informasi yang masuk dan tak sebanding dengan kapasitas pemrosesan informasi. Jika berlebih maka dapat terjadi yang dinamakan overload dan jika terlalu sedikit maka dapat terjadi kemonotonan. 3. Keterpolaan, berkaitan dengan keteraturan suatu pola sehingga dapat atau tidak dapatnya diprediksi oleh individu. Semakin teratur suatu pola semakin mudah dikenali oleh individu, dan begitupun sebaliknya.

e. Teori Stress Lingkungan

Teori in lebih menekankan pada peran fisiologi, kognisi maupun emosi dalam usaha manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Stress dapat terjadi saat respon stress atau beban melebihi kapasitas tingkat optimal. Hal yang dapat membuat individu menjadi stress disebut dengan stressor. Namun individu memiliki hal yang disebut dengan coping. Jika sumber-sumber coping tersebut habis maka dapat terjadi exhausted atau yang biasa kita sebut dengan kelelahan (Selye dalam Veitch & Arkkelin, 1995).


2. METODE PENELITIAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN

a. Studi Korelasi

Seorang peneliti dapat menggunakan variasi dari metode korelasi, jika seorang peneliti berminat untuk memastikan tingkat validitas eksternal yang tinggi (Veitch & Arkkelin, 1995). Studi ini menyediakan informasi tentang hubungan-hubungan atau peristiwa yang terjadi di alam nyata tanpa dipengaruhi oleh pengumpulan data.

Namun sesempurna apapun suatu studi juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari studi kasus adalah lemahnya validitas internal, berkebalikan dengan studi laboratorium yang memiliki tingkat validitas internal yang lebih tinggi, namun memliki validitas eksternal yang lebih rendah jika dibandingkan dengan studi korelasi.

b. Eksperiment Laboratorium

Jika peneliti tertarik untuk memastikan tingkat validitas internal yang tinggi, maka studi inilah yang sangat tepat (Veitch & Arkkelin, 1995). Metode ini member kebebasan kepada peneliti untuk melakuakn manipulasi secara sistematik dengan tujuan mengurangi variable-variabel yang mengganggu. Metode ini mengambil subjeknya secara random, yang berarti semua subjek memiliki kesempatan yang sama dalam semua keadaan eksperimen. Namun kelemahan dari metode ini salah satunya adalah hasil yang diperoleh di laboratorium belum pasti dapat diterpkan di luar laboratorium.

c. Eksperimen Lapangan

Metode ini adalah metode penengah antara Korekasi dengan Eksperiment Laboratorium. Asumsinya adalah jika peneliti ingin menyeimbangkan validitas internal yang didapat dalam eksperiment laboratorium dengan validitas eksternal yang didapat dari studi korelasi. Dalam metode ini peneliti tetap melakukan manipulasi sitematis, hanya bedanya peneliti juga harus member perhatian pada variable eksternal dalam suatu seting tertentu

d. Teknik-Teknik Pengukuran

Beberapa disajikan beberapa contoh tekhnik pengukuran dengan keunggulannya masing-masing, antara lain mudah dalam scoring, administrasi maupun dalam proses pembuatannya. Antara lain:

A Self-report
B Kuisioner
C Wawancara atau Interview
D Skala Penilaian

sumber :
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab2-pendekatan_teori_dan_metode_penelitian_psikologi_lingkungan.pdf
http://pdfcast.org/pdf/beberapa-teori-psikologi-lingkungan

Ambient condition & Architectural features

1. AMBIENT CONDITION
Kebisingan
Menurut Ancok (1989)keadaan bising dan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi emosi. Emosi yang tidak terkontrol akan mempengaruhi hubungan sosial didalam maupun diluar rumah.
Menurut Rahardjani (1987) kebisingan juga akan berakibat menurunnya kemampuan mendengar dan turunnya konsentrasi belajar pada anak.
Sarwono (1992) menyebutkan tiga factor yang menyebabkan suara secara psikologis dianggap bising yaitu: Volume, Perkiraan, Pengendalian
Menurut Holahan (1982) kebisingan dapat menjadi penyebab reaksi fisiologis sistematis yang secara khusus diasosiasikan dengan stress. Sementara menuruk Crook dan Langdon mengatakan terdapat hubungan antara kebisingan dengan aspek-aspek fisik, dan kesehatan mental.
Suhu dan Polusi Udara
Tingginya suhu udara dan polusi udara akan menimbulkan efek penyakit dan efek perilaku sosial seperti meningkatnya mortalitas, menguransi konsentrasi, perhatian serta timbulnya penyakit-penyakit pernafasan .
Rahardjani (1987) melihat bahwa suhu dan kelembaban rumah sangat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: warna dinding, volume ruang, arah sinar matahari, dan jumlah penghuni.
Pencahayaan dan Warna
Menurut Fisher dkk. (1984) terdapat banyak efek pencahayaan yang berkaitan dengan perilaku. Pada dasarnya, cahaya mempengaruhi kinerja kita dalam bekerja dan dapat mempengaruhi suasana hati dan perilaku sosial kita.

Warna
Menurut Heimstra dan MC Farling, warna memiliki tiga dimensi yaitu: kecerahan, corak warna, dan kejenuhan. Sedangkan menurt Holahan (1982) dan Mehrabian &Russel warna juga mempunyai efek independen terhadap suasana hati, tingkat pembangkitan, dan sikap; dimana ketiganya mempengaruhi kinerja.
2 ARCHITECTURAL FEATURES
Estetika
Spranger membagi orientasi hidup menjadi 6 kategori, dimana nilai estetis merupakan salah satu siantaranya selain nilai ekonomi, nilai kekuasaan, nilai sosial, nilai religious, dan nilai intelektual. Sedangkan menurut Fisherdkk (1984) salah atu tujuan daridesain adalah memunculkan respon tertentu terhadap seting yang telah disediakan.
Penelitian telah menunjukkan pula bahwa kualitas estetis suatu ruangan dalam konteks keceriaan dan daya tarik dapat mempengaruhi jenis evaluasi yang kita bua ketika berada dalam seting tersebut.
Perabot
Perabot dan pengaturannya dan aspek-aspek lain dari lingkungan ruang merupakan salah satu penentu perilaku yang penting karena dapat mempengaruhi cara orang dalam mempersepsikan ruang tersebut.

sumber : Findryawati.staff.gunadarma.ac.id

Lingkup psikologi lingkungan

Menurut Proshansky (1974), psikologi lingkungan memberi perhatian terhadap manusia,tempat serta prilaku dengan seting fisik. Ruang lingkup psikologi lingkungan membahas :
- Rancangan (desain)
- Organisasi Pemaknaan
- Hal-hal spesifik seperti, ruang-ruang,bangun-bangun, rumah sakit dan ruangannya, perumahan, apartemen, museum, sekolahan dan lain-lain.
Sarwono, 1992, jenis-jenis lingkungan didalam sosiologi yang bererapa diantaranya terdapat pada psikologi lingkungan :
- Lingkungan alamiah (natural environment), seperti : laut, hutan dan sebagainya
- Lingkungan buatan/binaan (built environment), jalan raya,perumahan, rumah susun, taman dan sebagainya.
- Lingkungan sosial
- Lingkungan yang dimodifikasi
Sementara menurut Veitch dan Arkkelin (1995), Psikologi Lingkungan merupakan suatu area yg bercabang dari sejumlah disiplin seperti, biologi,geologi, psikologi, ekonomi,sosiologi, kimia,fisika,sejarah,beserta sub disiplin dan rekayasanya.

Sumber : http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab1- pendahuluan.pdf

Psikologi Lingkungan

psikologi lingkungan adalah bidang interdisipliner difokuskan pada interaksi antara manusia dan lingkungannya. lapangan mendefinisikan istilah lingkungan hidup secara luas, yang meliputi lingkungan alami, pengaturan sosial, lingkungan dibangun, lingkungan belajar, dan lingkungan informasi. Sejak konsepsi, lapangan telah berkomitmen untuk pengembangan disiplin yang berorientasi nilai baik dan berorientasi masalah, prioritas penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah lingkungan yang kompleks dalam mengejar kesejahteraan individu dalam masyarakat yang lebih besar.

Asal-usul bidang studi ini tidak diketahui, bagaimanapun, Willy Hellpach dikatakan orang pertama yang menyebut "Psikologi Lingkungan". Salah satu bukunya, Geopsyche membahas topik-topik seperti bagaimana matahari dan bulan mempengaruhi aktivitas manusia, dampak lingkungan yang ekstrim, dan efek warna dan bentuk.

Berakhirnya Perang Dunia II membawa permintaan lebih tinggi untuk perkembangan dalam bidang psikologi sosial terutama di bidang perubahan sikap, proses kecil-kelompok, dan antargolongan konflik. Tuntutan ini menyebabkan psikolog untuk mulai menerapkan teori-teori psikologi sosial terhadap sejumlah isu sosial seperti prasangka, perang, dan perdamaian. Diperkirakan bahwa jika masalah yang dibahas, pengertian dan prinsip-prinsip yang mendasari akan permukaan.

Walaupun periode ini sangat penting untuk pengembangan lapangan, metodologi yang digunakan untuk melaksanakan studi tersebut dipertanyakan. Pada waktu itu, studi sedang dilakukan di laboratorium, yang menyebabkan beberapa keraguan mengenai validitas mereka di dunia nyata.

sumber : http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/psikologilingkungan_avin.pdf

Latar belakang sejarah psikologi lingkungan

psikologi lingkungan adalah bidang interdisipliner difokuskan pada interaksi antara manusia dan lingkungannya. lapangan mendefinisikan istilah lingkungan hidup secara luas, yang meliputi lingkungan alami, pengaturan sosial, lingkungan dibangun, lingkungan belajar, dan lingkungan informasi. Sejak konsepsi, lapangan telah berkomitmen untuk pengembangan disiplin yang berorientasi nilai baik dan berorientasi masalah, prioritas penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah lingkungan yang kompleks dalam mengejar kesejahteraan individu dalam masyarakat yang lebih besar.

Asal-usul bidang studi ini tidak diketahui, bagaimanapun, Willy Hellpach dikatakan orang pertama yang menyebut "Psikologi Lingkungan". Salah satu bukunya, Geopsyche membahas topik-topik seperti bagaimana matahari dan bulan mempengaruhi aktivitas manusia, dampak lingkungan yang ekstrim, dan efek warna dan bentuk.

Berakhirnya Perang Dunia II membawa permintaan lebih tinggi untuk perkembangan dalam bidang psikologi sosial terutama di bidang perubahan sikap, proses kecil-kelompok, dan antargolongan konflik. Tuntutan ini menyebabkan psikolog untuk mulai menerapkan teori-teori psikologi sosial terhadap sejumlah isu sosial seperti prasangka, perang, dan perdamaian. Diperkirakan bahwa jika masalah yang dibahas, pengertian dan prinsip-prinsip yang mendasari akan permukaan.

Walaupun periode ini sangat penting untuk pengembangan lapangan, metodologi yang digunakan untuk melaksanakan studi tersebut dipertanyakan. Pada waktu itu, studi sedang dilakukan di laboratorium, yang menyebabkan beberapa keraguan mengenai validitas mereka di dunia nyata.

sumber : www.google.com